Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah hingga akhir tahun berada pada level 14.300 – 14.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Kini dolar AS telah bertengger di level Rp. 15.000.
“Nilai tukar rupiah pada 2022 akan mendekati kisaran atas Rp 14.300 – Rp 14.700/US$,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat Banggar, dikutip Jumat (22/7/2022).
Perkiraan tersebut didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah dan cadangan devisa yang cukup serta langkah-langkah kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, baik di pasar spot, SBN, dan DNDF.
Nilai tukar Rupiah hingga 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,90% (ytd) dibandingkan level akhir tahun 2021, relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 6,41%, India 7,07%, dan Thailand 8,88%.
Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan berjalannya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi,” ujarnya. dijelaskan.
Apa pendapat para ekonom?
1. Enrico Tanuwidjaja, Head of Economics and Research UOB Indonesia
Enrico memandang dolar AS masih menguat saat ini, karena kebijakan The Fed saat ini baru separuh jalan. Dolar AS akan terus menguat selama 3-4 bulan ke depan.
“Kemungkinan rupiah melemah karena dolar menguat,” jelas Enrico saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (4/7/2022).
Bank Indonesia (BI) sebagai kustodian moneter dinilai telah memberikan respon yang sangat baik dalam menjaga volatilitas pergerakan rupiah. Hal ini dilakukan untuk menjaga tekanan dari faktor eksternal.
Sementara itu, harga komoditas masih tinggi, namun perlahan mulai menunjukkan pembalikan tren ke level yang lebih rendah dibandingkan 2-3 bulan sebelumnya. Jadi kita harus melihat tren surplus transaksi berjalan yang mungkin terjadi hingga kuartal III 2022.
Oleh karena itu, dolar AS diperkirakan akan terus menguat dan rupiah akan terus dibayangi pelemahan. Hingga akhir tahun, rupiah diperkirakan akan menyentuh level Rp 15.100/US$.
“Kita masih bisa lihat mungkin tiga bulan penguatan dolar, pelemahan rupiah masih ada. Setelah itu baru stabil di triwulan IV 2022, dengan catatan selisih imbal hasil masih positif untuk Indonesia, “jelas Enrico.
“Salah satunya bisa dicapai dengan menaikkan suku bunga acuan BI terhadap The Fed, sehingga selisih imbal hasil masih positif. Di level tersebut, kami prediksi pada akhir tahun akan berada di Rp 15.100/US$ ,” kata Enrico lagi.
2. David Sumual, Kepala Ekonom PT BCA Tbk
David menilai pelemahan nilai tukar di Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar mata uang negara lain.
Bahkan jika rupiah menyentuh level Rp. 15.000/US$, menurutnya masih lebih baik dari pelemahan mata uang negara lain.
“Saya kira posisi Rp15.000/US$ masih relatif lebih baik. Karena negara lain melemah lebih dalam, kita melemah 3%, banyak yang di atas 10%. Yen Jepang melemah lebih dari 20%. Thai Baht dan Ringgit juga melemah,” jelas David.
Neraca rupiah yang baru, kata David, mungkin masih menunggu kebijakan lebih lanjut dari BI. Menurut David, level Rp15.000/US$ masih kondusif untuk mendukung kegiatan ekspor para pelaku usaha.
“Sesuai perkiraan awal, dari awal tahun rupiah akan membidik Rp 14.800-Rp 15.000 per dolar AS. Inflasi juga cenderung naik, dan kita lihat saja kebijakan moneter selanjutnya,” jelas David.
David melihat perlunya kenaikan suku bunga acuan BI secara bertahap ke depan. “Saya lihat bisa sekitar 75-100 basis poin,” katanya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Rupiah Masih Lemah Tapi Deretan Negara Ini Lebih Buruk
(saya/saya)