Skip to content
berita harian terbaik
Menu
  • Home
  • Sains
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Hiburan
  • Bisnis
  • Olahraga
  • hewan peliharaan
  • memasak
  • tentang kami
Menu
Fenomena Langka, Ada Komet dari Tata Surya Lain Melintas Dekat Bumi

Fenomena Langka, Ada Komet Dari Tata Surya Lain Lewat Dekat Bumi

Posted on July 26, 2022 by 63zvg

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Berbagai fenomena alam menarik perhatian masyarakat. Selain peristiwa alam yang biasa kita lihat setiap bulan, ada fenomena langka yang hanya terjadi setiap beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun. Salah satu fenomena menarik dan langka ini adalah komet yang melintas di Bumi.

Komet adalah anggota tata surya yang juga mengorbit Matahari, sama seperti Bumi, yang sedang dalam perjalanan dari tata surya luar (tata surya luar) ke daerah-daerah di dalam Tata Surya (tata surya bagian dalam), baru saja melintasi Bumi.

Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Abdul Rachman selaku Koordinator Pusat Pengelola Observatorium Nasional (BPON) Kupang mengatakan, Komet C/2017 K2 (PanSTARRS) atau disingkat K2 melintasi Bumi. Komet ini diperkirakan berasal dari lokasi di bagian terluar Tata Surya yang disebut Awan Oort.

C awal komet adalah non-periodik, angka 2017 menunjukkan tahun ditemukannya, dan kombinasi huruf dan angka K2 menunjukkan urutan penemuannya pada tahun 2017.

Paspor M

Iklan

“Komet ini melintas paling dekat dengan Bumi pada 13 Juli 2022 dengan jarak sekitar 2 kali jarak Bumi ke Matahari. Saat ini K2 sedang menuju jarak terdekatnya dengan Matahari yang diperkirakan terjadi pada Desember tahun ini,” ujarnya. terangnya seperti dikutip dari situs resmi BRIN.

Karena termasuk dalam kelompok komet non-periodik, K2 tidak secara rutin melintas di dekat Bumi seperti komet periodik seperti Komet Halley yang memiliki periode sekitar 83 tahun, sehingga tidak diketahui kapan akan melintas kembali di dekat Bumi.

Abdul mengungkapkan, K2 ditemukan oleh sistem pemantau komet bernama Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System (PanSTARRS) yang terletak di Hawaii pada 21 Mei 2017. Bagian terluar Tata Surya.


Penampilan komet yang paling dekat dengan Bumi, K2 menampilkan ekor debu dan ekor gas. Semakin dekat ke Matahari, ekor gas akan semakin terlihat jelas.

“Saat melintas dekat Bumi, K2 hanya bisa dilihat jika menggunakan teleskop, apalagi karena bertepatan dengan bulan purnama. Namun, saat komet semakin dekat dengan Matahari, bisa dilihat dengan teropong. Semua area di Bumi permukaan memiliki kesempatan untuk melihat komet pada malam yang cerah,” kata Abdul.

Kita dapat mengamati K2 selama beberapa bulan, terutama saat komet melintas di dekat Bumi, dalam perjalanannya ke titik terdekatnya dengan Matahari, dan selama beberapa bulan setelahnya.

Dikatakannya, dengan adanya fenomena komet yang melintas di Bumi, melalui penelitian, dimungkinkan untuk mempelajari kemungkinan komet tersebut jatuh ke Bumi. Dalam kasus K2, komet melintasi Bumi pada jarak lebih dari 270 juta km, sehingga tidak berdampak pada Bumi. Dan karena jaraknya cukup jauh dari Bumi, yaitu sekitar 2 kali jarak Matahari ke Bumi, maka tidak ada efek negatifnya.

“Pengamatan Komet K2 di BPON dilakukan di Kantor Operasional dan Science Center di Desa Oelnasi selama beberapa hari dari tanggal 13-16 Juli 2022. Setiap hari pengamatan dilakukan selama beberapa jam. Data yang terkumpul tidak hanya dapat dianalisis untuk kepentingan penelitian juga bisa digunakan untuk astrofotografi,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Penelitian Antariksa, Emanuel Sungging mengungkapkan, data observasi tersebut dapat digunakan untuk penelitian, tidak hanya oleh peneliti BRIN, tetapi juga oleh semua pihak yang tertarik mempelajari dinamika benda-benda di Tata Surya. .

“Dari perwujudan dua ekor komet (debu dan gas) yang dapat diamati, dimungkinkan untuk memperoleh pemahaman tentang sifat-sifat intrinsik komet, serta tentang bagaimana kondisi cuaca ruang angkasa pada waktu itu. Selain itu, dari perjalanan komet, setidaknya sampai Desember 2022, dapat dilihat apakah komet mengakhiri hidupnya dengan menabrak Matahari? Atau melanjutkan lintasannya keluar dari Tata Surya? Lalu bagaimana perjalanannya?” dia berkata.

Fenomena lewatnya komet ini merupakan peluang bagus bagi para ilmuwan untuk mengamati komet ini lebih dekat dan bagi para penggiat astofotografi untuk memotretnya. Setiap komet memiliki keunikan yang menarik untuk dikaji secara ilmiah dan diabadikan penampakannya melalui jepretan kamera.

“Harapan terbesar dari pengamatan singkat seperti ini adalah memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat Indonesia, bahwa masyarakat Indonesia sudah memiliki observatorium astronomi di wilayah Nusa Tenggara Timur yang dapat digunakan untuk penelitian luar angkasa, bersama dengan BRIN,” harapnya. .

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edward Yaman




Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • 15 Pramugari Gaji Tertinggi, Hingga 2 Digit Per Bulan : Okezone Travel
  • Perusahaan Tambang China Berinvestasi di Indonesia, Ini Daftarnya
  • Manfaat Minyak Urang Aring untuk Rambut dan Cara Penggunaannya
  • Gambar baru dari pratinjau Teleskop Webb dari misi bulan Artemis I
  • Kisah Seorang Wanita Menyelamatkan Hewan Terlantar dalam Perang Ukraina-Rusia

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • August 2022
  • July 2022

Categories

  • Bisnis
  • hewan peliharaan
  • Hiburan
  • Kesehatan
  • memasak
  • Olahraga
  • Sains
  • Teknologi
  • hubungi kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat & Ketentuan
  • tentang kami
©2022 berita harian terbaik | Design: Newspaperly WordPress Theme