Skip to content
berita harian terbaik
Menu
  • Home
  • Sains
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Hiburan
  • Bisnis
  • Olahraga
  • hewan peliharaan
  • memasak
  • tentang kami
Menu

Gangguan Kesehatan Mata Dampak Peningkatan Penggunaan Perangkat

Posted on July 26, 2022 by 63zvg

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/Xy-fqub_bIqbuWC_qvqYtHQMXIM=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2FIMG-20211123-WA.jpg_1637755
PR PEMERINTAH KOTA BOGOR

Siswa Kota Bogor mendapatkan pemeriksaan mata gratis dan kacamata gratis. Dari sekitar 800 anak yang diperiksa, sebanyak 609 siswa mengalami gangguan kesehatan mata.

Di masa pandemi Covid-19, penggunaan alat komunikasi elektronik semakin meningkat yang berdampak pada kesehatan mata anak. Di Kota Bogor, Jawa Barat, terdeteksi sedikitnya 609 siswa di semua jenjang pendidikan saat ini mengalami gangguan kesehatan mata. Pemerintah setempat juga akan membagikan kacamata untuk mereka.

Kepala Dinas Perhubungan Jabar Atalia Praratya mengatakan, siswa berusia 7 hingga 18 tahun dari seluruh jenjang pendidikan di Jabar berkesempatan untuk melakukan pemeriksaan mata gratis.

Siswa yang diperiksa dan memiliki gangguan kesehatan mata mendapatkan kacamata gratis. Dari 800 anak yang diperiksa, 609 anak mengalami gangguan kesehatan mata.

“Pemeriksaan mata ini untuk melihat berapa banyak anak yang membutuhkan kacamata. Hanya anak-anak dengan minus dan plus di atas 0,75 dan di bawah 6 yang bisa mendapatkan kacamata gratis,” kata Atalia, Rabu (24/11/2021).

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/x-ZMKELQpeHv-2ChGKjuuTW1_yE=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2FIMG-20211123-WA0022_16377554
PR PEMERINTAH KOTA BOGOR

Ketua Mobile Jabar Atalia Praratya meninjau kesehatan mahasiswa Kota Bogor. Sebanyak 609 siswa mengalami gangguan kesehatan mata akibat paparan gadget.

Menurut Atalia, pemeriksaan mata bagi pelajar sangat penting karena selama pandemi Covid-19 mereka terbiasa dan intens menghadap layar perangkat dan laptop untuk mengikuti pembelajaran online. Selain itu, anak-anak zaman sekarang juga begitu ketergantungan atau terbiasa menggunakan alat komunikasi elektronik pintar ini untuk aktivitas lainnya, termasuk bermain game atau mencari hiburan di berbagai aplikasi. Ada sisi positifnya, seperti mereka cepat belajar dan beradaptasi dengan teknologi, namun sisi negatifnya adalah mereka mengalami masalah mata.

“Anak-anak pada saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran online memang menggunakan gadget, laptop, atau komputer. Ada efek pada mata mereka. Paparan cahaya dari media elektronik bikin mata iritasi,” kata istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu.

Baca juga: Risiko Gangguan Penglihatan Berpotensi Meningkat, Kurangi Penggunaan Perangkat pada Anak

Dari hasil pemeriksaan mata, lanjut Atalia, cukup mengejutkan karena anak usia 7-18 tahun memiliki kategori keparahan mata berat. Cukup banyak anak-anak yang mengalami minus di atas 5 bahkan ada anak-anak yang mencapai minus 11 dan 13. Dari pemeriksaan juga ditemukan anak-anak yang mencapai plus 7.

“Hal mengejutkan lainnya, anak-anak ini tidak merasa aneh dengan masalah matanya. Namun, penting bagi kita para orang tua untuk memperhatikan kesehatan mata anak kita sejak dini karena kita tidak ingin dampaknya semakin parah. Selain edukasi dan komunikasi agar penggunaan gadget tidak berlebihan, orang tua juga harus memeriksakan mata anaknya ke dokter,” ujarnya.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/9gq1LqImaLVnqDHcIw0pbsGsfCs=/1024x1745/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F02%2Fkompas_tark_3624921_40_024921_40
Kompas

Siswa SD menjalani pemeriksaan kondisi mata saat acara pemberian 1.000 gelas untuk siswa yang diselenggarakan oleh PT Sido Muncul di Pendapa Taman Siswa, Yogyakarta, Selasa (10/12).

Atalia menilai masalah mata anak ini bisa dijadikan bahan penelitian tidak hanya terkait dampak PJJ, tapi juga dampak lain, seperti ketergantungan anak, kesehatan fisik atau obesitas, hingga kesehatan mental. Dampak turunannya jangan sampai mengganggu masa depan anak.

Hal senada disampaikan Wakil Walikota Bogor Dedie A Rachim. Tidak hanya menyoroti dampak penggunaan gadget pada saat PJJ, tetapi juga kebiasaan buruk atau penggunaan gadget yang berlebihan oleh anak, bahkan banyak orang tua yang sudah membiasakannya sejak balita.

“Ada juga masalah gaya hidup. Kurangnya gaya hidup sehat. Edukasi bagi orang tua selama ini, membiasakan makan sayur yang kaya vitamin A dan asupan vitamin lain dari berbagai sayur, buah, ikan. Ini penting. Risiko gangguan kesehatan harus sejak dini,” kata Dedie.

Ada juga masalah gaya hidup. Kurangnya gaya hidup sehat.

Dedie menjelaskan, Kota Bogor saat ini memiliki kuota 800 siswa yang secara bertahap akan mendapatkan ujian dan kacamata gratis. Bantuan tahap pertama 500 gelas. Sebanyak 2.000 gelas untuk pelajar akan dibagikan.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/ETuN2eUs5m_NwpKbqdcLdsy1kJM=/1024x970/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F20190105-Neuromed_p154670-Neuromed_p154670-Neuromed_p154670-

Ia melanjutkan, kesehatan mata anak-anak di Kota Bogor menjadi perhatian bersama agar lebih banyak anak yang tidak mengalami gangguan mata. Orang tua diminta tidak melepaskan pengawasan terhadap anak yang bermain atau menggunakan gadget. Jika memang membutuhkan perangkat untuk proses belajar, sebaiknya orang tua memperhatikan waktu istirahat mata anak.

“Kalau sudah selesai PJJ lepaskan dulu perangkatnya. Beri anak waktu untuk mengistirahatkan matanya. Perhatikan juga cahaya layar perangkat atau laptopnya. Jangan terlalu terang atau gunakan di tempat gelap. ,” kata Dedi.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) M Sidik mengatakan penggunaan gadget dalam waktu lama pada anak dapat meningkatkan risiko miopia atau kelainan refraksi rabun jauh. Gangguan penglihatan jarak jauh ini, meskipun tidak berbahaya, dapat mengurangi produktivitas anak dalam jangka panjang.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/c7Zs0ELQOAMy_t-WOayr49Bt2ME=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F20180722_ENGLISH-TEMATIS_A_web.jpg?resize=640%2C360&ssl=1
COMPASS/RIZA FATHONI

Anak-anak mengobrol dengan gadget di kawasan Cideng, Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2018).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015, secara global terdapat 312 juta orang di bawah usia 19 tahun yang mengalami kelainan refraksi miopia. Pada tahun 2020 tercatat ada sekitar 2,6 miliar orang dari semua kelompok umur yang mengalami gangguan penglihatan.

“Penelitian terkait pengaruh pembelajaran jarak jauh terhadap risiko kelainan refraksi belum ada. Namun, meningkatnya penggunaan gadget di masa pandemi sangat memungkinkan peningkatan jumlah anak tunanetra,” ujarnya.

Baca juga: Remaja Rentan Gangguan Penglihatan

Ia melanjutkan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga telah mengeluarkan imbauan terkait pembatasan penggunaan gadget pada anak di masa pandemi. Pada anak-anak prasekolah kurang dari dua tahun tidak dianjurkan untuk menggunakan perangkat. Untuk anak usia 2-6 tahun, penggunaan gadget perlu dibatasi maksimal satu jam. Gadget ini juga termasuk penggunaan televisi.

Pada anak usia 6-12 tahun, penggunaan gadget atau sebaiknya tidak lebih dari 90 menit. Sedangkan waktu istirahat untuk penggunaan perangkat antara 10-30 menit.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • 15 Pramugari Gaji Tertinggi, Hingga 2 Digit Per Bulan : Okezone Travel
  • Perusahaan Tambang China Berinvestasi di Indonesia, Ini Daftarnya
  • Manfaat Minyak Urang Aring untuk Rambut dan Cara Penggunaannya
  • Gambar baru dari pratinjau Teleskop Webb dari misi bulan Artemis I
  • Kisah Seorang Wanita Menyelamatkan Hewan Terlantar dalam Perang Ukraina-Rusia

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • August 2022
  • July 2022

Categories

  • Bisnis
  • hewan peliharaan
  • Hiburan
  • Kesehatan
  • memasak
  • Olahraga
  • Sains
  • Teknologi
  • hubungi kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat & Ketentuan
  • tentang kami
©2022 berita harian terbaik | Design: Newspaperly WordPress Theme