Skip to content
berita harian terbaik
Menu
  • Home
  • Sains
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Hiburan
  • Bisnis
  • Olahraga
  • hewan peliharaan
  • memasak
  • tentang kami
Menu
Harga Pangan di Australia Naik, Pengusaha Restoran Indonesia Khawatir Konsumen Lari

Harga Pangan di Australia Naik, Pengusaha Restoran Indonesia Khawatir Konsumen Lari

Posted on July 28, 2022 by 63zvg

Nasi Padang, salah satu menu restoran A’la Indo di Sydney yang sempat naik harga sekitar 1 dollar. (Spesial)

Ling Ling, pemilik restoran A’la Indo di Sydney, Australia, sudah lama menahan diri untuk tidak menaikkan harga makanannya, meski tingkat inflasi sudah berlangsung sejak awal 2022.

“Kami takut untuk menaikkan harga, jangan sampai konsumen kabur,” ujarnya kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.

Laporan terakhir menyebutkan bahwa tingkat inflasi di Australia hingga periode Juni 2022 telah mencapai 6,1 persen, atau tertinggi dalam 21 tahun.

Tanpa pilihan lain, Ling Ling mengatakan dia berencana menaikkan harga makanan di restorannya akhir pekan ini.

“Ini pasti karena kita juga tidak memilikinya kuat,” kata Ling Ling.

“Terutama karena kami sebelumnya harus menaikkan kecepatan gaji karyawan, karena tenaga kerja sangat sulit didapat saat ini,” imbuhnya.

Sementara perbatasan Australia masih ditutup karena pandemi COVID-19, banyak sektor di Australia kekurangan staf dan harus menaikkan upah. Bahkan sejumlah restoran mengaku harus saling bersaing untuk mendapatkan pekerja.

Setelah perbatasan dibuka kembali, ada lebih banyak lowongan kerja tetapi pencari kerja memiliki lebih banyak pilihan untuk mencari upah yang lebih tinggi,

“Sulit jika kita tidak tingkat kenaikan, karena untuk tawaran gaji di restoran indonesia pasti kalah dengan tawaran gaji di restoran BaratLing Ling menjelaskan.

Tetapi jika mereka tidak dapat menawarkan upah yang lebih tinggi, Ling Ling mengatakan sejumlah restoran telah memutuskan untuk tidak buka makan di tempat karena kekurangan staf.

“Ada restoran yang harus tutup, dan ada juga yang hanya buka empat hari dalam seminggu,” katanya.

Mencari cara kreatif untuk bertahan hidup

Di Melbourne, sebuah restoran Indonesia telah memutuskan untuk menaikkan harga makanannya karena kenaikan harga makanan.

“Dampaknya terasa sangat di restoran kami. Mulai awal 2022 setelah pandemi, kenaikan harga mulai terasa,” kata Misniarti Darudoyo, pemilik restoran Dapur Indo di Melbourne.

Dia mengatakan kenaikan bahan makanan yang paling berdampak pada bisnis restorannya adalah harga daging dan makanan laut.

“Bumbu-bumbu yang kebanyakan impor juga ikut naik, begitu juga sayur-sayuran yang berasal dari Queensland. Memang setiap musim dingin harga sayur-sayuran naik. Tapi kali ini kenaikannya sangat tinggi. sangat“jelas Misniarti.

“Kami harus menaikkan harga makanan di restoran kami sekitar tiga bulan lalu,” katanya.

“Konsumen memang mengeluh. kok harga naik, tapi kami memberi penjelasannya, dan mereka bisa melihat sendiri di pasar bagaimana harga saat ini,” jelasnya.

“Kenaikan harga bagi kami maksimal 20 persen, jadi misalnya harga satu menu yang tadinya 15 dolar, sekarang jadi 18 dolar,” kata Misniarti.

Ia mengaku telah mencoba bertahan dengan membuat menu-menu yang bisa menjaga harga, namun merasa usahanya tidak akan cukup untuk mempertahankan usahanya.

Misniarti mengatakan pengusaha restoran juga tidak mungkin mengurangi porsi menunya untuk menyesuaikan kenaikan harga bahan dan bumbu.

“Jadi mau tidak mau kita harus kreatif, bagaimana kita bisa bertahan yaitu dengan melayani? katering yang kami sampaikan,” kata Misniarti.

Apalagi sekarang, kata dia, banyak orang yang mencoba membuka usaha restoran baru dengan menu baru atau usaha rumahan yang juga menawarkan ‘catering’.

“Semuanya bersaing dengan kami. Biaya mereka jauh dari biaya kami,” katanya.

Melihat penurunan konsumen

Baik Ling Ling maupun Misniarti mengakui adanya penurunan jumlah konsumen di restoran Indonesia saat ini karena konsumen memilih untuk makan di luar lebih sedikit.

“Kedatangan pelanggan ada juga penurunan, mereka lebih penghematan karena orang indonesia disini gencar beli rumah dan sekarang suku bunga naik,” kata Ling Ling.

“Jadi suami saya dan staf restoran berdiskusi, suka atau tidak, kita harus menaikkan harga. Tapi kita menaikkan hanya 1 dolar, tidak hingga 10 persen. Bahkan itu pemalu,” kata Ling Ling.

Mengurangi makan di luar adalah salah satu pilihan Triantie Nini, warga negara Indonesia.

“Kenaikan harga cukup mencolok akhir-akhir ini. Apalagi kami keluarga yang punya anak,” katanya.

“Dari segi makanan tidak bisa kita kurangi karena anak-anak butuh makanan yang bergizi. popok [popok] juga akan meningkat, tapi tetap tidak bisa dikurangi anggaranmiliknya,” katanya.

“Yah, apakah itu benar-benar akan makan di luar atau hiburan yang lebih berkurang,” kata Nini.

Dia mengatakan bahwa untuk sekali makan siang saat ini biasanya mereka akan menghabiskan $60-70 dengan suami dan balita mereka.

“Kalau ke restoran Indonesia atau Malaysia, harganya tidak jauh berbeda, sekitar 40-50 dolar.”

Meski mengaku memasak sendiri lebih murah, Nini mengatakan harga bahan makanan seperti ayam sudah naik di toko halal regulernya.

“Kami menghabiskan sekitar 1.600-2.000 dolar sebulan untuk makanan,” kata Nini, yang telah tinggal di Australia selama empat tahun.

Dhamar Haryadi, warga negara Indonesia yang tinggal di kota Brisbane juga merasa kalau mau masak sendiri, harga bahan makanan sekarang terlalu mahal.

“Harga selusin telur empat bulan lalu masih bisa 3 dolar, sekarang paling murah 3,89 dolar,” tambahnya.

Menurut pengamatan Misniarti, untuk keluarga muda dengan dua orang tua yang sama-sama bekerja, membeli makanan di restoran masih lebih hemat biaya dan waktu daripada memasaknya sendiri.

“Lebih menguntungkan bagi mereka untuk membeli makanan yang sudah jadi atau katering daripada memasak sendiri,” katanya.

Laporan ABC News menyebutkan, laju inflasi di beberapa komponen barang akan mengalami perlambatan.

“Penurunan harga minyak mentah baru-baru ini menunjukkan inflasi bahan bakar mobil akan melambat tajam di kuartal mendatang,” kata ekonom Marcel Thieliant di Capital Economics.

“Demikian pula penurunan harga pangan global mengindikasikan bahwa inflasi pangan telah mencapai puncaknya dalam waktu dekat[dantidakakanbangkitlagi”jelasnya[dantidakakannaiklagi[“jelasnya[andwillnotriseagain”heexplained[dantidakakannaiklagi[“jelasnya

Baca juga artikel ABC Indonesia lainnya di sini.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Komitmen XL Axiata untuk Menyediakan Internet Tercepat, Mulai dari Ekspansi 4G Hingga Implementasi 5G
  • Ini Penyebab dan Cara Mencegah Obesitas Menurut Pakar IPB
  • Tanggapan Tim Indonesia Terhadap Hasil Undian Unfavorable di Kejuaraan Dunia
  • ahli virologi menjawab enam pertanyaan tentang cara kerjanya, siapa yang bisa, dan seberapa baik mereka mencegah infeksi
  • Upaya Pemerintah Sediakan Vaksin Cacar Monyet

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • August 2022
  • July 2022

Categories

  • Bisnis
  • hewan peliharaan
  • Hiburan
  • Kesehatan
  • memasak
  • Olahraga
  • Sains
  • Teknologi
  • hubungi kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat & Ketentuan
  • tentang kami
©2022 berita harian terbaik | Design: Newspaperly WordPress Theme