Skip to content
berita harian terbaik
Menu
  • Home
  • Sains
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Hiburan
  • Bisnis
  • Olahraga
  • hewan peliharaan
  • memasak
  • tentang kami
Menu
Kera Hitam Tonkean, Industri Nikel Berkilau Hewan Endemik Tergusur di Bahodopi

Kera Hitam Tonkean, Industri Nikel Berkilau Hewan Endemik Tergusur di Bahodopi

Posted on July 23, 2022 by 63zvg

Monyet Moca di sekitar kawasan industri pengolahan nikel IMIP, Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah.
Jumat, 22 Juli 2022 | 14:51 WIB


Reporter: Jadi Gumilar


Editor: Jadi Gumilar

KONTAN.CO.ID – MOROWALI. Dua ekor kera bertengger santai di pagar berdinding seng di sisi jalan Trans Sulawesi, Dusun Tabo, Desa Labota, Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Tepat di bawahnya ada tumpukan sampah.

Saat itu, Rabu (20/7) sekitar pukul 16.00 WITA. Matahari sudah tidak terlalu panas. Namun debu jalan yang tak henti-hentinya berhamburan membuat udara terasa semakin pengap.

Sejumput hutan menjadi latar belakang kedua kera tersebut. Hutan berbukit yang tidak terlalu luas dan menjadi tempat berlindung kera ini termasuk dalam kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Mata kedua ekor itu memperhatikan orang-orang dan kendaraan yang berlalu lalang di jalan di depan mereka. Salah satunya adalah perempuan. Tidak ada bayi monyet di pelukannya. Namun, putingnya tampak bengkak seolah-olah masih menyusui.

Di sisi lain pagar, tidak jauh dari tempat kedua kera itu nongkrong, ada beberapa buah pisang yang sengaja ditaruh orang. Dua pengendara sepeda motor berhenti di depan seekor monyet; mengambil foto dan kemudian mengulurkan sepotong makanan.

Mereka tampak jinak dan tidak agresif terhadap manusia. Berbeda dengan kawanan kera dan kera yang keluar dari hutan dan turun ke jalan mencari makan di tempat lain. Mungkin Anda sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia.

Hewan berbulu tersebut adalah Kera Hitam Tonkean atau Tonkean Ape (Macaca Tonkeana). Beberapa orang lokal menyebutnya Monyet Moca.

Mengacu pada tanda yang dipasang di bagian lain pagar, Kera Hitam Tonkean adalah spesies primata dalam famili Cercopithecidae.

Kera Tonkean saat ini tersebar di beberapa kawasan lindung, antara lain Cagar Alam Morowali dengan luas habitat 2.250 km2, Taman Nasional Lore Lindu seluas 2.290 km2 dan Patok Faruhumpenai 900 km2. Kemudian Towuti dengan luas 687 km2 dan Taman Rekreasi Alam Danau Matano dengan luas habitat 331 km2.

Sayangnya, Monyet Hitam Tonkean, yang endemik di Sulawesi Tengah dan Kepulauan Togian terdekat di Indonesia, terancam kehilangan habitatnya. Salah satunya adalah dampak dari industri pertambangan yang terus berkembang.

Menunjuk hutan di belakang kera, Rolando Devretes Jaflean (33) mengatakan bahwa hutan lindung di kawasan IMIP merupakan satu-satunya habitat asli Kera Hitam Tonkean yang tersisa di Bahodopi.

“Satu lagi habitat di kawasan Perkebunan Kopi,” kata pria asal Ambon yang mengaku sebagai anggota komunitas pecinta lingkungan di Bahodopi itu, saat berbincang dengan KONTAN, Rabu (20/7).

Kebun Kopi yang dia maksud adalah nama kawasan di sekitar hutan dekat jalan poros nasional Palu-Parigi Moutong.

Seiring dengan berkembangnya industri nikel di Bahodopi, jumlah Kera Hitam Tonkean atau Monyet Moca juga semakin berkurang. Perbukitan berhutan tempat mereka tinggal terkikis untuk membangun pabrik.

“Tahun 2018 masih ada sekitar 200 ekor. Tapi sekarang tinggal tidak lebih dari 100 ekor,” katanya.

“Operator bongkar muat yang membunuh dan menangkap monyet-monyet itu mengira mereka jahat. Padahal tidak. Kalau ada ekskavator, mereka (monyet Tonkean) lari,” tambahnya lirih.

Dia tahu persis karena dia pernah bekerja di IMIP sebagai operator ekskavator. Jika ada hewan yang sengaja dijebaknya, itu adalah babi hutan.

Babi hutan atau celeng tersebut kemudian dijual kepada Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang bekerja di IMIP. Babi hutan besar bisa dijual hingga Rp 10 juta per ekor.

Kini, setelah sebagian besar habitat Monyet Tongkean digusur, IMIP turun tangan dan memberikan dana bantuan.

Dengan dana tersebut, kata Rolando, masyarakat lingkungan di Bahodopi secara rutin memberikan makanan berupa pisang untuk Monyet Moca. Pisang sengaja diletakkan di pagar seng yang memisahkan habitat Monyet Tonkean dari jalan.

Beberapa di antaranya digunakan untuk menanam pohon pisang di hutan yang menjadi habitat hewan-hewan ini di Bahodopi.

Terlepas dari ada atau tidaknya bantuan yang diberikan. Namun yang jelas, semoga Monyet Tonkean tidak lagi diusir dan bisa hidup tenang. Bahkan jika harus melihat gemerlapnya perkembangan industri nikel di Bahodopi.

Periksa Berita dan Artikel lainnya di Google Berita

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • ‘Saya tidak percaya saya mendapatkannya’: Pekerja Six Flags mencurigai dia menderita cacar monyet di tempat kerja
  • Evolusi T-rex, Memiliki Mata Super Kecil untuk Memiliki Gigitan Yang Kuat
  • ‘Saya tidak percaya saya mendapatkannya’: Pekerja Six Flags mencurigai dia menderita cacar monyet di tempat kerja
  • Tips Kesehatan: Nanas, Apel, Delima, dan Grapefruit, 4 Buah yang Kaya Manfaat untuk Kesehatan Anda
  • 7 Manfaat Temulawak untuk Kesehatan

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • August 2022
  • July 2022

Categories

  • Bisnis
  • hewan peliharaan
  • Hiburan
  • Kesehatan
  • memasak
  • Olahraga
  • Sains
  • Teknologi
  • hubungi kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat & Ketentuan
  • tentang kami
©2022 berita harian terbaik | Design: Newspaperly WordPress Theme
We use cookies to ensure that we give you the best experience on our website. If you continue to use this site we will assume that you are happy with it.Ok