KOMPAS.com – Komunitas Guru Berbagi Satkaara (KGSB) dan Rumah Guru BK (RGBK) mengadakan webinar “Remaja dan Perangkat” pada Sabtu, 14 Mei 2022. Webinar ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang cara mendidik siswa dalam penggunaan gadget yang benar.
Webinar ini dihadiri oleh ratusan guru dan dosen dari PAUD hingga perguruan tinggi di Indonesia dan Timor Leste dan menghadirkan dua narasumber yaitu Nanda Rosalia (Sekretaris Sarjana Psikologi/Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya) dan Ana Susanti (Pendiri BK Rumah Guru dan Widyaiswara Kemendikbud Ristek) )
Pendiri KGSB, Ruth Andriani dalam paparannya mengatakan bahwa gadget dari kalangan remaja saat ini tidak bisa kita hilangkan karena penggunaan gadget dan internet merupakan bagian dari perubahan zaman yang tidak bisa dipungkiri.
“Di masa pandemi, penggunaan internet dan gadget semakin familiar di kalangan remaja. Dalam dunia pendidikan, kemajuan teknologi juga menuntut guru untuk turut serta mendidik siswa agar bijak dalam menggunakan gadget,” kata Ruth.
Dalam kesempatan yang sama, Nanda Rosalia mengatakan bahwa sisi negatif dari gawai lebih banyak mendapat perhatian daripada sisi positifnya. Bahkan, bagi generasi sekarang, melakukan sesuatu tanpa bantuan perangkat terasa seperti sebuah hambatan.
Penggunaan teknologi yang baik atau teknologi positif adalah pendekatan ilmiah dan terapan untuk meningkatkan kualitas pengalaman pribadi sehingga Anda lebih sejahtera, memiliki kekuatan pribadi dan ketahanan dalam masyarakat.
Manfaat teknologi bagi remaja
Setidaknya ada tiga manfaat positif teknologi pada remaja, di antaranya pertama untuk kenikmatan hidup yang membuat dirinya merasa nyaman, bahagia, dan merasakan berbagai emosi positif. Misalnya mendengarkan musik favorit, bermain game dan lain sebagainya.
Kedua, pengembangan diri yang bertujuan untuk membuat diri sendiri merasa berarti. Misalnya, belajar melalui Youtube dan Google atau mengembangkan hobi dan keterampilan, e-training dan sebagainya.
Baca Juga: Kurangi Kecanduan Anak pada Perangkat, Mahasiswa UNY Inisiasi Permainan Tradisional
Ketiga, hubungan sosial untuk berhubungan dengan orang atau komunitas lain, serta berpartisipasi dan berbagi. Contohnya adalah media sosial dan penggalangan dana sosial.
“Perubahan pada aspek fisik, kognitif, dan sosioemosional juga berdampak pada aspek sosial remaja. Dalam hal ini, teman sebaya memiliki pengaruh yang lebih besar daripada keluarga,” kata Nanda.
“Saat ini, teknologi dan media sosial bahkan menjadi alat bagi remaja untuk menemukan jati dirinya dengan menemukan lingkungan yang membuat mereka nyaman,” tambahnya.
Masih dalam paparannya, Nanda menyampaikan bahwa seorang guru harus pandai menggunakan teknologi agar dapat membimbing siswa dalam menggunakan teknologi positif dari perangkat, seperti memberikan tugas yang menggunakan teknologi.
Banyak yang bisa dilakukan guru dalam memanfaatkan teknologi gadget. Misalnya dalam memanfaatkan media sosial, guru harus memahami media sosial yang ingin digunakan dan juga mudah dipahami oleh semua siswa.
Guru modern tidak cukup hanya mampu menggunakan teknologi terkini tetapi juga harus mampu membangun rasa senang dalam belajar yang kemudian membangkitkan daya berpikir kritis dan jiwa kreatif siswanya.
Untuk itu menjadikan tugas guru untuk tetap memberi sentuhan manusia yang membuat anak-anak sopan, empati dan sosial.
Peran penting guru BK dan orang tua
Pendiri Rumah Guru BK Ana Susanti mengutip hasil survei Gregoria Serra, Unit of Pediatrics, Campus Bio-Medico University, Roma, Italia pada Juli 2021 bahwa ada perubahan tujuan penggunaan smartphone di kalangan remaja selama pandemi COVID-19 dibandingkan dengan pra-epidemi.
Selama pandemi, penggunaan smartphone berfokus pada hubungan manusia, pembelajaran dan hiburan. Ada peningkatan yang signifikan dalam penggunaan berlebihan dan kecanduan.
Sebelum pandemi, lebih sedikit anak yang kecanduan perangkat daripada anak-anak yang berisiko tinggi kecanduan. Ironisnya setelah pandemi, jumlah anak yang berisiko menurun, tetapi anak-anak yang kecanduan gawai meningkat.
Ana Susanti mengatakan, “Kita sebagai pendidik harus mewaspadai potensi risiko yang terkait dengan penggunaan smartphone yang tidak tepat.”
“Salah satu peran guru BK adalah memantau, bekerja sama dengan orang tua, melihat kemungkinan efek samping terkait mengenali tanda dan gejala dini yang mengarah atau berisiko tinggi kecanduan,” katanya.
Baca juga: Psikolog Unair: Pentingnya Peran Orang Tua Agar Anak Tidak Kecanduan Gadget
“Kolaborasi adalah kunci dalam pemantauan. Guru BK perlu melakukan intervensi yang diperlukan untuk mencegah atau mengurangi efek buruk dari penggunaan smartphone berlebihan terhadap kesehatan anak-anak dan remaja,” katanya.
“Fokusnya pada kesehatan anak dan remaja yang berorientasi pada pemeliharaan perkembangan fisik dan psikis yang memadai serta hubungan sosial yang sehat,” pungkas Ana.
Dapatkan pembaruan berita unggulan dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.