
Astronot berdoa. © 2022 Merdeka.com
Merdeka.com – Sholat dan puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi umat Islam di seluruh dunia. Kewajiban ini tidak dapat ditinggalkan kecuali dalam kondisi tertentu.
Para astronot berikut terus berdoa dan berpuasa selama berada di luar angkasa. Meski tidak mudah, mereka tetap menjalankan ibadah sesuai sistem waktu di Bumi.
Puasa di luar angkasa adalah pengalaman spiritual yang tidak bisa dimiliki orang biasa. Berikut ulasannya yang dikutip dari liputan6.com, Rabu (6/4).
2 dari 4 halaman
Astronot Disamakan dengan Wisatawan
Tidak mudah untuk berpuasa di luar angkasa. Namun, tak sedikit astronot muslim yang tetap menjalankan ibadah puasa di luar angkasa selama bulan Ramadhan. Saat astronot berpuasa, mereka mengambil jam-jam puasa yang ada di Bumi.
“Ya kalau memang mau puasa harus mengacu waktu (puasa) di Bumi, tepatnya waktu peluncurannya,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin via SMS. pesan.
Menurutnya, astronot harus disamakan dengan traveler agar tidak berpuasa di luar angkasa. Tetapi ketika mereka berada di Bumi, mereka masih harus menggantinya.
Belum lagi waktu siang dan malam di luar angkasa sangat berbeda dengan Bumi. Perubahan waktu ini juga terjadi beberapa kali di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
“ISS mengorbit Bumi 14 kali sehari, siang dan malam, itu setiap 90 menit. Makanya waktunya berbeda-beda,” pungkasnya.
3 dari 4 halaman
Astronot Puasa di Luar Angkasa
Astronot Malaysia pertama, Sheikh Muszaphar Shukor, pergi ke luar angkasa pada 10 Oktober 2007. Perjalanan ke luar angkasa itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Saat itu ia berada di atas pesawat luar angkasa Rusia, Soyuz. Perjalanan enam hari Shukor ke luar angkasa di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sebagai seorang muslim yang taat, ia ingin shalat sambil tetap menghadap kiblat: Ka’bah di Mekah. Itu masalahnya, ISS mengorbit 220 mil atau sekitar 354 kilometer di atas permukaan bumi, di mana kiblat berubah dalam hitungan detik. Arah Ka’bah bahkan bisa berubah 180 derajat hanya dalam satu kali shalat.
Badan Antariksa Malaysia, Angkasa segera menggelar konferensi yang dihadiri 150 ilmuwan Islam untuk menyelesaikan masalah ini.
Alhasil, pedoman beribadah di ISS yang telah disetujui oleh komisi fatwa negara tetangga tersebut, kiblatnya bisa ditentukan berdasarkan “peluang” para astronot. Prioritas, dari yang utama adalah: Ka’bah, proyeksi Ka’bah, Bumi, menghadap ke mana saja.
Apalagi menghadap Ka’bah, menentukan proyeksi tidak semudah yang dibayangkan. Meski begitu ibadah Shukor berjalan lancar.
Ia bahkan menjadi muslim kesembilan yang membuktikan bahwa berada di langit bukanlah alasan untuk tidak shalat, apalagi puasa Ramadhan.
Shukor bahkan mengaku memiliki pengalaman spiritual. “Setiap orang yang berkesempatan ke luar angkasa akan merasakan keajaiban. Selama perjalanan saya yang bertepatan dengan Ramadhan, saya seperti mendengar azan di Stasiun Luar Angkasa Internasional,” katanya dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency (AA). ).
Ia mengungkapkan astronot lainnya tidak mengetahui tentang adzan. “Tapi saya mendengar panggilan itu secara fisik, itu nyata. Anda mungkin tidak akan terkejut jika Anda memiliki pengalaman seperti saya di luar angkasa, ketika Anda merasa begitu dekat dengan Tuhan dalam setiap detik.”
4 dari 4 halaman
Doa di Luar Angkasa

© 2022 Merdeka.com
Pesawat Discovery yang terbang dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat itu membawa seorang Muslim, Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, pada 17 Juni 1985 silam. Pangeran Arab Saudi menjadi astronot Muslim pertama di luar angkasa.
Misi berlangsung selama 7 hari, 1 jam, 38 menit, dan 52 detik. Sang pangeran menuju ke titik 4,67 juta kilometer dari Bumi—ke tempat di mana rekan-rekan senegaranya belum pernah melangkah.
Ketika dia melihat Bumi hanya sebagai titik kecil, dia mengalami pengalaman spiritual. “Di sana kita akan menyadari betapa kecilnya manusia. Kita hanyalah setitik debu di alam semesta,” katanya seperti dikutip The National.
Sang pangeran mengaku, detik-detik saat berada di udara membuat dirinya berdebar-debar. “Jika seseorang mengatakan momentum tidak menakutkan, dia pasti berbohong. Saya berdoa sepanjang waktu. Peluncuran dan pendaratan adalah waktu yang mendebarkan.”
Sebagai seorang Muslim, Sultan adalah manusia pertama yang berdoa dan membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an dalam kondisi gravitasi nol. Sultan mengatakan, seorang Muslim dapat berdoa kapan saja.
“Menghadap ke segala arah. Seperti di pesawat ruang angkasa, Anda tahu, kita tidak bisa benar-benar menghadap ke Mekah. Ke kiblat,” katanya seperti dikutip situs WBUR.
Namun, tidak mudah untuk melakukan gerakan shalat. “Saya harus mengikat kaki saya untuk sujud. Namun, itu tidak bisa dilakukan dengan sempurna karena kurangnya gravitasi.” [dea]
Baca juga:
Melihat Tradisi Orak-Arik Bubur Warga Solo Saat Ramadhan, Ini Sejarahnya
Ditinggal Istri Usai Melahirkan, Jawaban Pria Ini Saat Anaknya Bertanya Tentang Ibunya Bikin Haru