Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Morgan Stanley memberikan rekomendasi underweight pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Pandemi Covid-19 memang membuat digitalisasi konsumen Asia Tenggara tumbuh pesat. GOTO sebagai superapps memang diuntungkan dan dijadikan pintu gerbang konsumen digital baru ini.
“GoTo adalah salah satu aplikasi super terkemuka di Indonesia, dan kami yakin GOTO berada di posisi yang tepat untuk menangkap peluang tersebut,” jelas analis Morgan Stanley Asia Mark Goodridge dan Da Wei Lee dalam riset 19 Juli 2022. Selain itu, ada peluang untuk pertumbuhan struktural yang berkelanjutan bagi konsumen. digital. Selain itu, saat ini ia sedang dalam siklus pemulihan pasca-Covid-19.
Namun, Morgan Stanley ragu karena jika dibandingkan dengan dua mitra Super Application lainnya yaitu Sea Ltd dan Grab, GOTO memiliki total addressable market (TAM) yang kecil. Tak hanya itu, Goodridge meragukan potensi GOTO untuk meraih profitabilitas struktural. Apalagi uang tunai GOTO lebih sedikit.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi AS Diprediksi Melambat Minggu Ini, Sebelum Suku Bunga The Fed Naik
Ini dikombinasikan dengan penilaian yang sangat mahal. “Kami mencatat bahwa GoTo mungkin hanya dapat menyelesaikan masalah dan dapat menghasilkan uang setelah tahun 2025,” jelas Goodridge dalam penelitian tersebut. Namun ke depan ada kemungkinan GOTO akan menjadi bisnis yang lebih kuat dari GRAB karena memiliki e-commerce yang termasuk dalam superapps.
Morgan Stanley memperkirakan pendapatan dari total pasar yang dibidik GOTO pada 2025 mencapai US$ 18 miliar. Jauh lebih kecil dari TAM Sea Ltd di Asia Tenggara sebesar US$ 30 miliar. Begitu juga dengan TAM GRAB sebesar US$ 20 miliar.
Sea dan Grab lebih besar karena masing-masing bisnis ini berada di lebih banyak negara. GoTo yang fokus utamanya ada di Indonesia. “Kami memperkirakan GoTo telah kehilangan pangsa pasarnya di pasar utamanya di Indonesia dan berbagi dengan Grab,” ujarnya. Sementara itu, e-commerce harus melawan Shopee.
Karena itu, Morgan Stanley memperkirakan, profitabilitas lebih rendah daripada rekan-rekan ASEAN dan memiliki lebih sedikit uang tunai. “Kami memperkirakan segmen on-demand dan e-commerce GoTo hanya akan mencapai profitabilitas EBITDA masing-masing pada 2024-2025,” proyeksinya.
Baca Juga: Beda Nasib, Cek Harga Saham GOTO & BBRI di Bursa Perdagangan Jumat (22/7)
Persaingan yang ketat dan kurangnya kepemimpinan pasar yang jelas di kedua segmen membuat dana tunai GOTO akan terus menyala hingga saat itu. “Kami berharap GOTO telah melewati saldo kasnya saat ini dalam beberapa tahun. Kami berharap GoTo menghasilkan laba EBITDA pertama yang disesuaikan pada tahun 2025, serupa dengan
GRAB,” jelas Goodridge.
Meski demikian, Morgan Stanlet memperkirakan, profitabilitas segmen tersebut secara struktural lebih rendah dibandingkan Grab (untuk on-demand) dan Shopee Southeast Asia + Taiwan (untuk e-commerce). Hal ini dikarenakan average order value (AOV) lebih rendah untuk segmen on demand. Tidak hanya itu untuk segmen e-commerce juga kurang menguntungkan karena tingkat margin yang rendah dan kurang menguntungkan
Morgan Stanley juga menilai valuasi saham GOTO sangat mahal. TAM yang lebih kecil, profitabilitas yang lebih rendah, dan uang tunai yang lebih sedikit karena itu, Morgan Stanley menyarankan untuk membeli saham GOTO dengan harga diskon vs. rekan kerja.
Jumat (22/7) saham GOTO ditutup naik 2,67% menjadi Rp 308 per saham. “Saat ini saham GOTO diperdagangkan pada 20 kali Nilai Perusahaan terhadap Pendapatan untuk tahun 2023, jauh lebih tinggi dari rekanannya di 2x.
Oleh karena itu, Morgan Stanley merekomendasikan saham GOTO untuk underweight dan target harga Rp. 230. “Target harga kami menyiratkan bahwa saham GOTO diperdagangkan pada 12,5x 2023 EV/Rev,” jelasnya. Valuasi di Rp 230 ini wajar karena GOTO memang pantas mendapatkan lebih premium dari rekan-rekannya. Hal ini karena potensi pertumbuhan pendapatan rata-rata GOTO pada tahun 2021-2024 lebih cepat sebesar 69% vs rekan-rekan sebesar 33%.
Baca Juga: GoPay Berpotensi Tingkatkan Profitabilitas GOTO, Ini Alasannya
Morgan Stanley menilai faktor risiko saham GOTO adalah jika keluar dari pasar Singapura dan Vietnam. Jika GOTO lebih berani dalam persaingannya, maka EBITDA GOTO akan mencapai titik impas lebih cepat dari yang diperkirakan di pasar inti Indonesia, pengurangan biaya yang signifikan yang berarti GoTo tidak perlu menambah modal tambahan dalam tiga tahun ke depan.
Periksa Berita dan Artikel lainnya di Google Berita
DONASI, Dapatkan Voucher Gratis!
Sebagai ungkapan terima kasih atas perhatian Anda, ada voucher gratis senilai donasi yang dapat digunakan untuk berbelanja di Toko KONTAN.