KETENTUAN Autophagy dalam kedokteran baru muncul pada tahun 1963. Pada tahun itu Profesor Christian de Duve menemukan lisosom dan menyebut aktivitas mereka autophagy.
Hal ini untuk membedakan istilah autolysis yang sebelumnya dikemukakan oleh para ilmuwan di Rockefeller Foundation pada tahun yang sama.
Istilah ini kembali populer sejak pemberian Hadiah Nobel kepada Profesor Yoshinori Ohsumi pada 2016. Dia mengungkapkan perilaku ini pada sel ragi.
Namun sebenarnya praktik terapi berdasarkan prinsip ini telah diterapkan sebelumnya. Perawatan ini didasarkan pada obat metformin tahun 1954.
Metformin ditemukan pada tahun 1922. Rentang waktu yang sangat lama. Apalagi di Amerika Serikat baru digunakan pada tahun 1996. Bahkan pernah digunakan oleh dokter asal Filipina, Eusebio Y. Garcia.
Dokter Garcia menggunakan metformin untuk berbagai penyakit. Padahal indikasi awal obat ini sebagai obat anti diabetes.
Tidak kurang dari penyakit menular, skizofrenia dan diabetes dirawat oleh Dr. Garcia.
Jadi dokter Garcia menganggap obat metformin memiliki efek antipsikotik dan antibiotik langsung.
Itu tercatat dalam sejarah sains yang diterbitkan oleh kementerian sains Filipina pada 2009.
Sejak 2007 para peneliti yang tertarik pada studi autophagy telah memahami efek metformin pada mekanisme autophagy.
Meskipun efeknya tidak diketahui dengan pasti, metformin meningkatkan jumlah AMP kinase. Peningkatan AMP kinase ini akan memicu mekanisme autophagy bahkan tanpa pelepasan glukagon.
AMP kinase itu sendiri, diproduksi secara alami ketika level AMP meningkat. AMP ini adalah produk akhir dalam siklus ATP ketika oksidasi atau penggunaan energi terjadi oleh sel.
Sehingga semakin banyak AMP kinase akan menghasilkan lebih banyak ATP yang merupakan cadangan energi sel.
Pelepasan energi merupakan reaksi pelepasan fosfat dalam ATP menjadi ADP dan AMP. Jadi ketika energi telah digunakan, produk akhirnya adalah AMP dan fosfat.
ATP —-> AMP + PP + Energi (45,6 kj/mol)
Pada penggunaan metformin tingkat metabolisme dipercepat. Hingga penggunaan ATP meningkat pula. Akibatnya, AMP meningkat untuk memicu pelepasan AMP kinase.
Peningkatan AMP kinase memicu proses autophagy tanpa menunggu aktivasi lisosom oleh glukagon.
Profesor Yoshinori Ohsumi membuktikannya dalam penelitian sel ragi dan memenangkan Hadiah Nobel untuk membuktikan jalur tersebut pada tahun 2016.
Sayangnya para peminat autophagy, terutama para spiritualis memaknainya sebagai puasa. Padahal tidak hanya puasa, tetapi juga proses oksidasi atau penggunaan energi juga berpengaruh.
Kembali ke penggunaan metformin. Metformin adalah salah satu obat favorit para peneliti autophagy. Banyak yang mencoba mengajukan berbagai keluhan.
Data terlengkap adalah tentang pengobatan gangguan jiwa. Terutama skizofrenia.
Dokter Garcia telah mempelopori penggunaan obat ini pada gangguan jiwa. Hasilnya cukup memuaskan.
Selain skizofrenia, dokter Garcia juga merekomendasikan untuk gangguan mental lainnya.
Sederhananya, metformin menyebabkan peningkatan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh. Akibatnya, sel-sel saraf menjadi kekurangan glukosa.
Kondisi ini menyebabkan pembentukan asetilkolin, neurotransmitter utama, terhambat. Pelepasan asetilkolin secara sporadis telah diduga menjadi dasar gangguan mental.
Sel saraf dipaksa untuk melakukan pembentukan asetilkolin yang efisien. Pada orang dengan gangguan jiwa, asetil kolin mudah disintesis dan dilepaskan karena tersedianya kelebihan glukosa.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Turki pada 2011, diet rendah karbohidrat saja tidak cukup untuk mengendalikan gangguan mental.
Umumnya, sel-sel tubuh sudah dikondisikan dalam mode autophagy. Sedangkan sel saraf tidak.
Akibatnya, orang dengan gangguan jiwa tampaknya memiliki kekebalan yang tinggi. Glukosa dari glukoneogenesis lebih banyak digunakan oleh jaringan saraf.
Penggunaan metformin tampaknya membalikkan kondisi ini. Sel-sel tubuh dirangsang untuk menggunakan glukosa. Sedangkan kekurangan sel saraf, memicu mekanisme autophagy pada sel saraf.
Secara teoritis, metformin dapat digunakan untuk gangguan kejiwaan. Obat ini jauh lebih murah dan efek sampingnya lebih sedikit dibandingkan obat psikotropika.
Saya sudah mencoba ini pada anak berkebutuhan khusus. Pada minggu pertama, mereka tampak lebih tenang dan menunjukkan interaksi yang lebih baik dengan orang tua mereka.
Sayang sekali itu tidak dilakukan menindaklanjuti. Hingga tidak bisa dinilai berhasil atau tidaknya pengobatan. Anda tahu, di desa.
Saya berharap ada rekan-rekan yang membaca artikel ini dan berkesempatan untuk mempraktekkannya sehingga teori autophagy dapat dibuktikan.
Salam, semoga menjadi inspirasi untuk hidup sehat.
Dapatkan pembaruan berita unggulan dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.