Skip to content
berita harian terbaik
Menu
  • Home
  • Sains
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Hiburan
  • Bisnis
  • Olahraga
  • hewan peliharaan
  • memasak
  • tentang kami
Menu
Studi mengungkapkan astronot berisiko keropos tulang saat berada di luar angkasa

Tak Hanya Fisik, Astronot Hadapi Tantangan Mental Saat Bepergian di Luar Angkasa

Posted on July 23, 2022 by 63zvg

KOMPAS.com – Astronot telah bertugas setidaknya selama 61 tahun terakhir untuk menjelajahi luar angkasa

Namun penjelajahan tanpa batas bukan tanpa risiko. Para astronot harus berhadapan dengan sejumlah keterbatasan tubuh dan pikiran manusia seperti radiasi, kurangnya gravitasi, dan sebagainya.

Efeknya telah didokumentasikan dengan baik dari waktu ke waktu, terutama selama Studi Kembar pada tahun 2019 yang membandingkan perubahan astronot Scott Kelly setelah hampir satu tahun berada di luar angkasa dengan saudara kembarnya Mark, yang tetap berada di Bumi.

Belakangan, NASA kembali berencana mengirim manusia ke Bulan dan akhirnya mendarat di Mars melalui program Artemis.

Baca juga: NASA Berencana Kirim Dua Astronot untuk Misi ke Mars

Dan para ilmuwan tertarik untuk memahami apa efek perjalanan ruang angkasa jangka panjang.

Sebuah pertanyaan besar yang diajukan adalah apakah manusia siap secara mental dan emosional untuk melakukannya? Dan bagaimana menanganinya?

Apalagi, Scott Kelly pernah menceritakan apa yang paling ia rindukan dari Bumi, saat bertugas selama setahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

“Tentu saja cuaca. Hujan, Matahari, Angin. Lalu saya rindu orang, keluarga, dan teman-teman,” katanya seperti dikutip CNN, Minggu (5/6/2022).

Hasil penelitian

Studi 2021 memiliki sukarelawan yang hidup selama dua bulan dalam simulasi gravitasi nol.

Ini dilakukan dengan menempatkan mereka di tempat tidur khusus dengan kepala dimiringkan ke bawah pada sudut 6 derajat.

Kemiringan inilah yang menciptakan pergeseran cairan tubuh ke arah kepala yang dialami astronot saat mereka kekurangan gravitasi.

Tidak hanya merekam masalah fisik, para ilmuwan ternyata menemukan bahwa partisipan mengalami emosi buruk secara keseluruhan. Selama tes, mereka lebih cenderung melihat ekspresi wajah sebagai marah, daripada bahagia atau netral.

“Astronot dalam misi luar angkasa yang panjang sangat mirip dengan peserta penelitian kami. Mereka akan menghabiskan waktu lama dalam gayaberat mikro, terbatas pada ruang kecil dengan beberapa astronot lainnya,” kata Mathias Basner, penulis studi tersebut.

Baca juga: Amankah Manusia Bepergian ke Mars? Ini penjelasan ilmuwan

Kemampuan astronot untuk membaca ekspresi emosional satu sama lain juga penting, untuk kerja tim yang efektif dan keberhasilan misi.

Meski begitu, penelitian tersebut tidak menjelaskan apakah gangguan emosional tersebut disebabkan oleh gravitasi atau isolasi yang dialami partisipan selama 60 hari tersebut.

Sementara itu studi terpisah tahun 2021 diterbitkan di Acta Astronautica menjelaskan bahwa lingkungan ekstrem seperti luar angkasa atau stasiun penelitian Antartika menciptakan kurangnya privasi, isolasi, monoton, dan pemisahan yang berkepanjangan dari keluarga dan teman.

Menurut Candice Alfano, profesor psikologi di University of Houston, untuk mencegahnya, peningkatan emosi positif perlu dilakukan guna mengurangi risiko psikologis dalam situasi ekstrem.

Baca juga: Lama Berada di Luar Angkasa Dapat Menyebabkan Gangguan Penglihatan

Melindungi astronot jauh dari rumah

Dalam konteks perjalanan luar angkasa, misi jarak jauh seperti ke Mars sendiri bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan perasaan monoton dan isolasi.

Kontak dengan Bumi akan menjadi lebih terganggu saat mereka semakin jauh dari Bumi.

Maka membantu mental astronot agar bisa mengatasi masa-masa tersebut, tentunya menjadi bagian penting dari misi eksplorasi luar angkasa.

“Kita perlu memastikan bahwa kita memiliki jenis protokol dan hal-hal individu yang harus dilakukan kru. Dan sangat penting bagi kita untuk memahami individu yang akan menjalankan misi itu,” kata Alexandra Whitmire, ilmuwan di Program Penelitian Manusia. .

Satu penemuan mengejutkan di Stasiun Luar Angkasa adalah bagaimana makanan dan makanan yang tumbuh berkontribusi pada moral kru yang lebih baik. Itu juga mempertahankan koneksi nyata yang sangat penting ke rumah.

Para astronot telah melaporkan betapa memuaskan merawat tanaman hijau berdaun, lobak, dan paprika, dan melihatnya tumbuh dan dapat dimakan.

Selain itu, teknologi realitas virtual dapat menjadi bagian penting dari penerbangan luar angkasa di masa depan untuk mengingatkan mereka tentang Bumi, bahkan jika itu mulai menghilang dari pandangan mereka.

Baca juga: Astronot Alami Perubahan Otak Setelah Berbulan-bulan Kembali ke Bumi

Dapatkan pembaruan berita unggulan dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Tak Hanya Pandai Bernyanyi, 5 Idol K-Pop Pria Ini Punya Skill Memasak Bak Koki!
  • Rekomendasi 8 Film Korea yang Diadaptasi dari Kisah Nyata
  • Kampanye IM3 ‘Becoming Indonesia’, Ajak Generasi Muda Bangga Bekerja Sama dengan Freedom Internet | RADAR BOGOR
  • 10 Kebiasaan Penyebab Penyakit Ginjal yang Harus Dihindari
  • Modal buka Indomaret, Alfamart, dan Alfamidi terbaru 2022, termasuk syaratnya

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • August 2022
  • July 2022

Categories

  • Bisnis
  • hewan peliharaan
  • Hiburan
  • Kesehatan
  • memasak
  • Olahraga
  • Sains
  • Teknologi
  • hubungi kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat & Ketentuan
  • tentang kami
©2022 berita harian terbaik | Design: Newspaperly WordPress Theme